Pendidikan
Nasional: “Investasi SDM”
Pendidikan merupakan
bagian penting dari kehidupan manusia. Tanpa
pendidikan maka manusia buta, tak tau arah hidupnya. Pendidikan yang dimulai sejak
dalam kandungan sampai sebelum nafas dicabut dari kerongkongan. Pentingya
pendidikan telah disadari oleh para pendiri bangsa Indonesia dengan meletakan
poin mencerdaskan kehidupan bangsa dalam pembukaan UUD 1945.
Pendidikan
harus dipandang sebagai investasi Sumberdaya Manusia (SDM) di masa depan untuk mencapai banyak tujuan mulai dari
memutus rantai kemiskinan sampai urusan bangsa dan negara mau dibawa ke mana
masa depannya. Semua tergantung kualitas SDM. Kunci masa depan sebuah negara bukan lagi berdasar
kekayaan alam namun pada kualitas warga negaranya.
Ketika
WNI berkualitas dan mampu bersaing secara global, masa depan Indonesia sebagai
negara maju yang memimpin dunia akan bisa tercapai. Maka negara harus
menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama.
Peta
dan korelasi tingkat pendidikan memengaruhi kemiskinan dan pengangguran serta
daya saing.
Kemiskinan
Indonesia sangat parah, standar miskin versi pemerintah jumlah rakyat miskin
Indonesia mencapai 38 juta. Apabila mengacu pada standar miskin versi WHO
jumlahnya meloncat menjadi 110 juta jiwa. Artinya hampir setengah manusia
Indonesia miskin.
Kemudian
soal penggangguran, saat ini lebih dari 8 juta manusia Indonesia menganggur dengan
peta sebaran, lulusan SMA sederajat menyumbang 3,6 juta pengangguran. Sedangkan
lulusan perguruan tinggi menyumbang hampir 1 juta pengangguran. Padahal saat
ini Indonesia memiliki 16 juta WNI usia produktif 17-25 tahun namun hanya 2 juta
yang mengenyam Pendidikan Tinggi (PT).
Jumlah
pengangguran lulusan SMA lebih tinggi jika dibanding lulusan pendidikan tinggi.
PT punya peluang untuk bekerja lebih tinggi. Selain itu, upah yg diterima
lulusan PT lebih tinggi dari upah lulusan SMA. Lalu, mengapa jumlah WNI usia
produktif 17-25 sedikit yang kuliah? Ada beberapa faktor yang menyebabkan,
diantaranya:
Pertama, tuntutan hidup. Setelah lulus SMA mereka sudah bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kesadaran orang tua di Indonesia tentang pendidikan anak masih rendah, tak perlu sekolah tinggi-tinggi kalau lulus SMA saja sudah bisa menghasilkan uang.
Pertama, tuntutan hidup. Setelah lulus SMA mereka sudah bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kesadaran orang tua di Indonesia tentang pendidikan anak masih rendah, tak perlu sekolah tinggi-tinggi kalau lulus SMA saja sudah bisa menghasilkan uang.
Faktor
kedua adalah biaya kuliah yang mahal tak terjangkau oleh masyarakat bawah, bahkan
menengah. Memang ada beasiswa bidik misi dari negara namun kebanyakan di kampus
negeri, padahal tidak semua lulusan SMA bisa masuk PTN. Mereka masuk kampus
swasta yang biasanya lebih mahal dan minim beasiswa. Ketiga, jumlah PT mulai dari
akademi, politeknik, institut, universitas di Indonesia 4426 yg ada, tidak
semua aktif, masih kurang. Kebanyakan berada di Jawa dan kota besar. Di kota-kota
kecil jumlahnya sedikit dan kebanyakan minim sarana dan kualitas.
Jumlah
dosen 227.178 dengan 148.827 bergelar master dan 27.277 bergelar Doktor masih kurang
ideal jika mengacu pada standar Dikti. Rasio dosen dan mahasiswa ideal menurut
Dikti adalah 1:20 sehingga, dengan asumsi 16 juta WNI usia produktif mengenyam
PT. Maka jumlah dosen masih memenuhi 25% dari jumlah ideal 800.000 dosen.
Berdasarkan
data dan fakta kondisi pendidikan tinggi di Indonesia ada beberapa peluang dan
tantangan yang dihadapi. Pertama, masih diperlukan banyak PT baru yang
berkualitas untuk menampung lulusan SMA khususnya vokasi. Kedua, menambah
jumlah Master dan Doktor untuk peningkatan kualitas PT dan lulusanya. Ketiga,
ketika jumlah PT bertambah maka akan semakin kompetitif dan negara harus makin
serius mengalokasikan APBN untuk inverstasi SDM bukan ke pembangunan fisik secara
terus menerus.
Pembangunan
fisik yang berorientasi pada ekonomi hanya menguntungkan segelintir orang,
bukan rakyat kebanyakan. Jangan sampai 1% orang kaya Indonesia terus menguasai
54% ekonomi Indonesia.
Mendorong
peningkatan kualitas SDM akan meningkatkan nilai tambah (upah), daya saing, dan
pekerja Indonesia. Peningkatan upah akan mengurangi kemiskinan dan menambah
kesejahteraan & IPM.
Terakhir,
pendidikan telah terbukti mengubah wajah peradaban. Maka jika ingin melakukan
revolusi, mulailah dari pendidikan.
SELAMAT HARI PENDIDIKAN, semoga investasi SDM di bidang
pendidikan di Indonesia kian maju seiring berjalannya waktu.
*Di kutip dari kultwit @PendidikanDD
Shalipp Sanri Geolfano, S.Pd
Guru Konsultan SGI Dompet Dhuafa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar